Dalam era digital yang semakin maju, ancaman keamanan informasi bukan hanya masalah teknologi. Social engineering telah menjadi senjata utama bagi para penyerang untuk meretas manusia, sistem keamanan yang paling rentan. Dalam artikel ini, kami akan menjelajahi fenomena social engineering: apa itu, bagaimana itu bekerja, dan bagaimana kita dapat melindungi diri dari serangannya.
Social engineering adalah praktik manipulasi psikologis yang bertujuan untuk memanipulasi orang agar melakukan tindakan tertentu atau memberikan informasi rahasia. Dalam konteks keamanan informasi, social engineering sering digunakan untuk mendapatkan akses tidak sah ke sistem atau informasi sensitif. Serangan social engineering sering kali melibatkan interaksi langsung dengan target, seperti pengguna komputer atau anggota staf organisasi, dengan menggunakan teknik manipulasi seperti pemalsuan identitas, penipuan, atau manipulasi emosional.
Baca Juga : Penjelasan Lengkap Privileged Access Management adalah
Cara kerja social engineering dapat bervariasi tergantung pada teknik yang digunakan, tetapi secara umum melibatkan beberapa langkah umum berikut:
Pengumpulan Informasi
Pelaku social engineering pertama-tama mengumpulkan informasi tentang target mereka. Informasi ini bisa didapat dari sumber publik seperti media sosial, situs web perusahaan, atau panggilan telepon. Informasi yang dikumpulkan dapat mencakup nama, posisi pekerjaan, hubungan bisnis, dan preferensi pribadi.
Pembuatan Skenario
Setelah mengumpulkan informasi tentang target, pelaku social engineering membuat skenario yang meyakinkan untuk memanipulasi target. Skenario ini sering kali didesain untuk menimbulkan rasa urgensi atau kebutuhan untuk bertindak.
Pemalsuan Identitas
Pelaku social engineering sering kali berpura-pura menjadi seseorang atau entitas yang dapat dipercaya, seperti rekan kerja, layanan pelanggan, atau bank. Mereka dapat menggunakan teknik seperti memalsukan identitas email, nomor telepon palsu, atau bahkan menggunakan logo dan nama perusahaan palsu.
Interaksi dengan Target
Pelaku social engineering kemudian berinteraksi langsung dengan target mereka. Interaksi ini bisa melalui email, panggilan telepon, pesan teks, atau bahkan tatap muka. Selama interaksi, mereka menggunakan skenario yang telah mereka buat untuk mempengaruhi target agar melakukan tindakan yang diinginkan.
Mendapatkan Informasi atau Akses
Tujuan akhir dari social engineering adalah untuk mendapatkan informasi rahasia atau akses ke sistem yang dilindungi. Informasi yang dicari bisa berupa informasi login, nomor kartu kredit, data pribadi, atau bahkan akses fisik ke gedung atau area terbatas.
Penyamaran
Setelah mendapatkan informasi atau akses yang mereka inginkan, pelaku social engineering sering kali menyamarkan jejak mereka untuk menghindari deteksi. Mereka mungkin menghapus pesan email, menghapus jejak panggilan telepon, atau menutupi jejak digital lainnya.
Berikut adalah beberapa tujuan penggunaan social engineering dengan penjelasan mendalam:
Mendapatkan Data Pribadi
Salah satu tujuan utama rekayasa sosial adalah untuk memperoleh informasi rahasia korban. Informasi tersebut dapat berupa kata sandi, nomor kartu kredit, nomor identitas, atau bahkan informasi kesehatan yang sangat sensitif. Pelaku kejahatan dapat menggunakan teknik-teknik manipulatif seperti meminta bantuan atau berpura-pura menjadi seseorang yang dapat dipercaya untuk mendapatkan akses ke informasi tersebut.
Memfasilitasi Tindakan Kriminal
Social engineering juga dapat digunakan untuk memfasilitasi tindakan kriminal seperti pencurian identitas, penipuan, atau bahkan kejahatan siber yang lebih serius seperti pengambilalihan sistem atau pencurian data. Pelaku kejahatan dapat memanipulasi korban untuk memberikan akses ke sistem atau jaringan yang mereka targetkan atau bahkan menginstal perangkat lunak jahat pada perangkat korban untuk memungkinkan mereka untuk mengakses informasi secara tidak sah.
Mendapatkan Akses Khusus
Pelaku kejahatan dapat menggunakan social engineering untuk meningkatkan akses ke akun-akun penting seperti email atau akun media sosial korban. Dengan mendapatkan akses ke akun tersebut, mereka dapat memperoleh data rahasia korban atau bahkan melakukan penipuan atau tindakan kriminal lainnya menggunakan akun tersebut.
Meningkatkan Kemungkinan untuk Diterima
Rekayasa sosial juga dapat digunakan untuk meningkatkan akseptabilitas terhadap penipuan atau tindakan kriminal. Pelaku kejahatan dapat memanipulasi korban untuk merasa bahwa tindakan yang mereka lakukan adalah benar atau wajar. Contohnya, pelaku kejahatan dapat berpura-pura menjadi petugas keamanan dan meminta korban untuk memasukkan kata sandi mereka “untuk keamanan” atau berpura-pura menjadi petugas pajak untuk meminta informasi keuangan korban.
Berikut adalah beberapa jenis serangan social engineering yang perlu kita ketahui untuk meningkatkan kesadaran akan ancaman ini.
Phishing
Serangan phishing melibatkan pengiriman email atau pesan teks palsu yang mencoba meminta informasi pribadi korban seperti nama pengguna, kata sandi, atau nomor kartu kredit. Email atau pesan teks ini seringkali meniru institusi keuangan, situs web belanja, atau organisasi terkenal lainnya untuk membuat korban terperdaya dan memberikan informasi sensitif mereka.
Spear Phishing
Spear phishing adalah varian dari serangan phishing yang ditargetkan secara spesifik pada satu atau beberapa individu. Penjahat dapat menggunakan informasi publik tentang korban untuk membuat email yang tampak lebih terpercaya dan meyakinkan korban untuk memberikan informasi sensitif mereka. Serangan spear phishing ini lebih sulit dideteksi daripada serangan phishing yang tidak ditargetkan.
Pretexting
Pretexting melibatkan penciptaan alasan palsu atau “pretext” untuk meminta data pribadi. Penjahat seringkali mengaku sebagai seseorang yang memiliki kepentingan tertentu dalam memperoleh informasi korban seperti pelapor berita atau petugas keamanan. Mereka kemudian menggunakan informasi tersebut untuk menjalankan tindakan kriminal.
Baiting
Baiting melibatkan penawaran hadiah atau janji palsu untuk memancing korban untuk memberikan informasi sensitif mereka. Misalnya, pelaku kejahatan dapat meninggalkan “flash drive” palsu di tempat umum yang mengklaim berisi informasi rahasia atau informasi penting dan berharap bahwa seseorang akan mengambilnya dan memasukkannya ke komputer mereka.
Quid Pro Quo
Quid pro quo adalah penawaran imbalan palsu untuk informasi yang diinginkan. Penjahat dapat mengaku sebagai seseorang yang memiliki otoritas atau kemampuan untuk memberikan imbalan seperti hadiah atau diskon, tetapi hanya jika korban memberikan informasi sensitif mereka terlebih dahulu.
Salah satu cara yang dilakukan oleh pelaku social engineering adalah dengan memanipulasi pola pikir korban. Berikut adalah beberapa pola social engineering yang perlu kita ketahui untuk menghindari menjadi korban.
1. Teknik Otoritas
Pelaku rekayasa sosial menggunakan teknik otoritas dengan menyamar sebagai seseorang yang memiliki kekuasaan atau status tinggi, seperti manajer, bos, atau pegawai pemerintah. Teknik ini bertujuan untuk membuat korban merasa terpaksa mengikuti permintaan pelaku, bahkan jika itu berarti memberikan informasi rahasia atau melakukan tindakan yang merugikan.
2. Teknik Kecemasan
Pelaku rekayasa sosial menggunakan teknik kecemasan dengan membuat korban merasa takut atau khawatir tentang suatu hal. Teknik ini sering digunakan dalam serangan phishing melalui email atau pesan teks palsu yang mengancam bahwa akun korban akan diblokir atau terjadi masalah dengan pembayaran.
3. Teknik Kepercayaan
Pelaku rekayasa sosial menggunakan teknik kepercayaan dengan mengambil peran yang sama dengan korban atau mencoba membentuk ikatan emosional dengan korban. Teknik ini bertujuan untuk membuat korban merasa nyaman memberikan data rahasia atau rahasia kepada pelaku.
4. Teknik Sosial
Pelaku rekayasa sosial menggunakan teknik sosial dengan memanipulasi keinginan atau kebutuhan korban, seperti kesenangan atau ketakutan. Teknik ini sering digunakan dalam bentuk penipuan online yang menawarkan hadiah atau diskon besar-besaran dengan tujuan mengumpulkan informasi pribadi korban.
5. Teknik Kurangnya Perhatian
Pelaku rekayasa sosial menggunakan teknik kurangnya perhatian dengan mencuri informasi pribadi korban melalui tindakan yang tampak tidak berbahaya atau tak terduga. Misalnya, pelaku bisa mencuri informasi pribadi dari akun media sosial korban dengan menggunakan teknik spoofing atau phishing.
Berikut adalah beberapa cara mencegah kejahatan social engineering yang dapat dilakukan:
Tingkatkan Kesadaran tentang Ancaman
Kesadaran tentang jenis-jenis serangan rekayasa sosial dan cara kerjanya dapat membantu menghindari menjadi korban dari serangan tersebut. Pelajari cara mengidentifikasi email phishing dan pesan palsu, serta teknik manipulasi sosial lainnya, seperti pretexting atau quid pro quo.
Gunakan Perangkat Lunak Keamanan yang Terpercaya
Pastikan perangkat lunak keamanan pada komputer dan perangkat seluler Anda selalu terbaru dan terlindungi dari serangan cybercrime. Selain itu, gunakan perangkat lunak keamanan yang terpercaya dan sesuai dengan kebutuhan Anda.
Tetapkan Kebijakan Keamanan yang Ketat
Tetapkan kebijakan keamanan yang ketat untuk diri sendiri dan perusahaan. Misalnya, jangan memberikan data pribadi melalui email atau pesan teks, atau pastikan bahwa setiap permintaan informasi sensitif melewati proses verifikasi yang ketat.
Perhatikan Keamanan Media Sosial
Pelaku kejahatan dapat menggunakan informasi pribadi yang Anda bagikan di media sosial untuk membuat serangan rekayasa sosial yang lebih terarah dan meyakinkan. Pastikan untuk membatasi informasi pribadi yang Anda bagikan di media sosial, dan periksa secara berkala pengaturan privasi Anda.
Gunakan Kunci Keamanan Fisik
Kunci keamanan fisik seperti token atau kunci USB dapat membantu meningkatkan keamanan akun Anda. Misalnya, kunci keamanan dapat digunakan untuk memastikan bahwa hanya Anda yang memiliki akses ke akun email atau akun bank Anda.
Kesimpulan
Dalam semua kasus, pencegahan adalah kunci untuk melindungi diri dari serangan. Dengan meningkatkan kesadaran tentang ancaman ini dan mengambil tindakan yang sesuai, dan memastikan bahwa informasi rahasia kita tetap aman dari serangan.
Jangan biarkan informasi pribadi Anda jatuh ke tangan orang yang salah! Cegah social engineering dengan menggunakan solusi Privilege Access Management dari Heimdal Security.