Cold chain logistics adalah sistem distribusi yang menjaga kualitas produk sensitif suhu. Perannya sangat penting dalam memastikan produk tetap aman dan berkualitas.
Industri ini terus berkembang di Indonesia. Berdasarkan laporan Indonesia Cold Chain Logistics Market Report, nilai pasar mencapai $5,08 miliar pada 2023 dan diproyeksikan tumbuh 10% per tahun hingga $11,68 miliar pada 2034, seiring meningkatnya konsumsi daging, seafood, dan makanan olahan.
Namun, pertumbuhan ini menghadirkan tantangan besar. Artikel ini akan mengulas masalah-masalah utama dalam cold chain logistics dan solusi praktis untuk membantu pelaku industri mengatasinya.
Apa Itu Cold Chain Logistics?
Cold chain adalah sistem rantai pasokan yang menjaga produk tetap dalam suhu tertentu sepanjang distribusinya, mulai dari produsen hingga konsumen akhir, terutama untuk barang sensitif suhu seperti makanan, obat-obatan, dan bahan kimia.
Tujuan Cold Chain Logistics
Tujuan utama cold chain logistics adalah untuk memastikan bahwa produk tetap segar, aman, dan berkualitas selama transportasi dan penyimpanan, sehingga mencegah kerusakan atau pembusukan yang dapat terjadi jika suhu tidak terjaga dengan baik.
Elemen Cold Chain Logistics
Cold chain mencakup berbagai elemen, termasuk fasilitas penyimpanan dingin (cold storage), kendaraan berpendingin, dan peralatan monitoring suhu, yang semuanya bekerja bersama untuk menjaga suhu tetap stabil di setiap tahap pengiriman.
Baca Juga: Logistics Service Provider adalah: Arti, Tipe, Tugasnya
Tantangan dalam Proses Cold Chain Logistics
Proses cold chain menghadapi berbagai tantangan yang dapat mempengaruhi efektivitas dan kualitas produk yang dikirimkan.
Berikut adalah beberapa masalah yang sering muncul dalam pelaksanaan cold chain:
1. Keterbatasan Fasilitas Penyimpanan Dingin
Kekurangan fasilitas penyimpanan terkontrol suhu di Indonesia, terutama di luar kota besar seperti Jakarta, menyebabkan ketidakefisienan dalam penyimpanan dan distribusi barang yang mudah rusak. Hal ini berpotensi menyebabkan pemborosan dan kerusakan produk.
Untuk mengatasi hal ini, perlu adanya investasi dalam pembangunan lebih banyak fasilitas penyimpanan dingin di wilayah yang belum terlayani. Teknologi penyimpanan modular dan mobile juga dapat digunakan untuk meningkatkan distribusi ke daerah-daerah terpencil.
2. Masalah Pasokan Listrik
Beberapa daerah di luar Jawa, Bali, dan Sumatra menghadapi tantangan besar dalam ketersediaan energi. Pemadaman listrik yang sering kali terjadi dapat mengganggu kontrol suhu di fasilitas penyimpanan dingin, yang berujung pada kerusakan produk.
Solusi yang dapat diterapkan adalah dengan mengimplementasikan sistem cadangan daya, seperti generator atau panel surya, untuk memastikan kelangsungan operasional fasilitas cold storage meskipun terjadi pemadaman listrik.
Baca Juga: Supply Chain Efficiency adalah: Arti, Komponen Utama, Implementasi
3. Fasilitas Pelabuhan yang Belum Berkembang
Kapasitas pelabuhan internasional di Indonesia untuk menangani kontainer berpendingin masih terbatas. Saat ini, hanya sekitar 60% dari total kontainer yang dapat dikelola dengan efisien, yang membatasi kegiatan ekspor-impor produk sensitif suhu.
Untuk meningkatkan efisiensi, perlu dilakukan peningkatan infrastruktur pelabuhan dengan investasi pada teknologi pemantauan suhu yang lebih baik, serta penambahan kapasitas penanganan kontainer berpendingin di pelabuhan.
Baca Juga: International Shipping: Arti dan Peranan Pentingnya bagi Ekonomi
3. Kondisi Infrastruktur Jalan yang Buruk
Banyak kendaraan distribusi yang dirancang untuk jalanan yang rata, namun kondisi infrastruktur jalan yang buruk dapat menimbulkan tantangan serius bagi transportasi cold chain.
Di beberapa daerah, hingga 30% jalan masih belum beraspal atau kurang terawat, yang menyebabkan keterlambatan dan biaya yang lebih tinggi. Kondisi ini mengganggu keandalan distribusi produk yang sensitif terhadap suhu.
Solusi untuk masalah ini adalah dengan menggunakan kendaraan dengan suspensi yang lebih baik agar dapat mengatasi jalanan yang rusak. Selain itu, pemeliharaan dan perbaikan jalan yang sering dilalui oleh kendaraan distribusi cold chain dapat membantu mengurangi dampak negatif tersebut.
4. Kapasitas Transportasi Berpendingin yang Terbatas
Kapasitas transportasi berpendingin yang sering kali tidak memadai. Di berbagai pasar, hanya tersedia sekitar 60% dari kapasitas transportasi berpendingin yang dibutuhkan. Kekurangan ini menyebabkan inefisiensi dan tingkat kerusakan produk yang lebih tinggi selama proses pengiriman.
Untuk mengatasi kekurangan kapasitas, perusahaan dapat meningkatkan jumlah armada truk berpendingin dan memastikan distribusinya terkelola dengan efisien, misalnya dengan memprioritaskan pengiriman ke daerah dengan permintaan tinggi terlebih dahulu.
5. Pengaturan Suhu yang Salah di Perjalanan
Pengaturan suhu yang tepat sangat penting dalam cold chain logistics agar dapat menghindari kerusakan atau penurunan kualitas produk.
Sebuah studi menunjukkan bahwa sebagian besar penurunan kualitas produk cold chain terjadi selama proses pengiriman dan transportasi, terutama karena peralatan pengatur suhu dan sistem pemantauan yang kurang memadai.
Untuk mengatasi masalah ini, perusahaan perlu mengetahui suhu rekomendasi pada tiap produk dan memastikan penggunaan peralatan pengatur suhu yang akurat dan dilengkapi dengan sistem pemantauan suhu yang real-time. Penggunaan teknologi sensor suhu canggih dan pelatihan staf mengenai pengelolaan suhu yang tepat dapat membantu mengurangi risiko kerusakan produk.
6. Pengemasan yang Buruk
Produk yang dikemas dengan buruk berisiko mengalami kerusakan selama transit, yang mengarah pada kerugian. Menurut laporan industri, sekitar 30% pengiriman cold chain mengalami masalah terkait pengemasan yang menyebabkan kerusakan produk dan peningkatan pemborosan.
Untuk mengatasi ini, penting untuk menggunakan bahan kemasan yang sesuai dengan jenis produk yang dikirim. Pengemasan yang tepat dapat mengurangi risiko kerusakan dan menjaga kualitas produk tetap terjaga. Selain itu, perusahaan harus memastikan bahwa semua pengemasan mengikuti standar yang konsisten dan dapat diandalkan.
7. Risiko Kontaminasi
Risiko kontaminasi meningkat dalam cold chain logistics karena pengelolaan berbagai produk dalam ruang bersama. Masalah kontaminasi tercatat pada hingga 20% operasi cold chain, terutama ketika produk yang berbeda diangkut bersama tanpa pemisahan yang memadai.
Solusinya adalah dengan memastikan pemisahan yang jelas antara produk yang berbeda, baik selama penyimpanan maupun transportasi. Penggunaan alat pemisah dan pengemasan yang tepat akan membantu meminimalkan risiko kontaminasi.
Baca Juga: Material Handling: Arti, 10 Prinsip dan Peralatan yang Digunakan
8. Kerusakan Peralatan
Unit pendingin atau sensor suhu yang rusak dapat merusak integritas produk. Penelitian menunjukkan bahwa sekitar 15% pengiriman produk sensitif suhu gagal karena kerusakan peralatan, yang menekankan pentingnya pemeliharaan dan pemantauan rutin.
Untuk mengurangi kerusakan akibat peralatan yang rusak, perusahaan harus melakukan pemeliharaan rutin pada semua unit pendingin dan sensor suhu. Selain itu, penggunaan teknologi monitoring suhu yang lebih canggih dapat membantu memastikan semua peralatan berfungsi dengan baik sepanjang waktu.
9. Masalah Transportasi dan Keterlambatan
Kerusakan kendaraan atau masalah transportasi lainnya dapat menyebabkan keterlambatan yang signifikan dan kerusakan produk. Diperkirakan bahwa kegagalan transportasi menyumbang sekitar 25% dari kerugian dalam cold chain logistics, menyoroti perlunya solusi transportasi yang andal.
Solusinya adalah dengan melakukan perawatan rutin pada kendaraan dan memastikan ketersediaan armada transportasi yang dapat diandalkan. Perusahaan juga bisa menggunakan teknologi software fixed asset management yang dapat memantau dan mengawasi status kendaraan dan meminimalkan potensi masalah sebelum terjadi.
Solusi Pengelolaan Aset Cold Chain Logistics
- Purchase Order (PO): Fungsi, Contoh, & Masalah Umum - 14/01/2025
- Apakah VPN Berbahaya? Ini 7 Risiko & Solusinya! - 08/01/2025
- 9 Tantangan Cold Chain Logistics dan Solusinya - 07/01/2025