Perusahaan Asuransi merupakan salah satu industri yang paling banyak menjadi target para penjahat cyber. Sebagai salah satu contoh kasus yang sempat terliput adalah Asia Assitance yang merupakan anak perusahaan asuransi AXA beberapa waktu silam.

Atas serangan tersebut, AXA menyatakan serangan ini memberikan dampak terganggunya operasional Asia Assitance di beberapa Negara, seperrti Thailand, Filipina, Hongkong dan Malaysia.

Hal tersebut tidak luput karena perusahaan-perusahaan Asuransi memegang data personal nasabah, atau dalam dunia cybersecurity disebut sebagai “personally identifiable information (PII)”. DImana data ini mengandung informasi yang sangat lengkap seperti biodata diri, alamat rumah, kontak telepon dan email, bahkan nomor KTP, informasi perbankan, dan informasi penting lainnya.

Ransomware sendiri merupakan serangan malware yang mengenkripsi atau menyandera data penting korban dan meminta sejumlah tebusan agar data tersebut dapat kembali diakses.

Semua data penting yang sangat berharga tersebut menjadikan perusahaan asuransi sebagai salah satu sasaran utama bagi penjahat cyber yang terorganisir untuk mendapatkan uang, salah satunya dengan cara menyandera data dengan ransomware.

Terbukti ada banyak kasus serangan ransomware yang terjadi pada perusahaan-perusahaan asuransi, dengan total kerugian yang tidak sedikit. Dan beberapa tahun ini bahkan serangan ransomware terlihat semakin meningkat.

Oleh sebab itu, perlu solusi IT yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut