Cara Menghitung Amortisasi Dengan Mudah

Cara Menghitung Amortisasi Dengan Mudah

Amortisasi merupakan istilah yang sering sekali digunakan dalam dunia bisnis khususnya dalam bidang keuangannya. Maka dari itu penting bagi para pelaku bisnis untuk mengetahui cara menghitung amortisasi agar bisa menjalankan bisnis dengan lancar.

Terkadang amortisasi disamakan dengan depresiasi atau deplesi, mungkin karena sama-sama berhubungan dengan nilai biaya atau aset aktiva. Dalam proses berjalannya perusahaan amortisasi juga memiliki hubungan erat dengan depresiasi.

Pengertian Amortisasi

Pengertian Amortisasi

Pengertian amortisasi secara umum adalah proses akuntansi di mana perusahaan mencatat nilai aset tidak berwujud, seperti paten atau hak cipta, selama masa manfaatnya. Proses ini memungkinkan perusahaan untuk menyebarkan biaya yang terkait dengan aset selama perkiraan masa manfaatnya daripada membebankan seluruh biaya aset pada tahun diperolehnya.

Proses amortisasi mengurangi nilai aset tidak berwujud di neraca perusahaan dan meningkatkan laporan laba rugi melalui biaya yang dibebankan pada operasi setiap periode. Amortisasi juga disebut sebagai depresiasi untuk aset tidak berwujud karena kedua proses tersebut melibatkan pengurangan nilai aset dari waktu ke waktu.

Amortisasi diperlukan karena aset tidak berwujud bukanlah barang berwujud yang dapat dijual setelah digunakan. Dengan demikian, mereka harus dipertanggungjawabkan secara berbeda dari aset fisik seperti bangunan dan peralatan.

Baca Juga: Definisi Penyusutan dan Amortisasi

Cara Menghitung Amortisasi

Cara Menghitung Amortisasi

Menghitung amortisasi aset bisa menjadi proses yang kompleks, tergantung pada aset dan industri tempat Anda berada. Umumnya, perhitungan amortisasi dilakukan cara membagi total biaya aset tidak berwujud (harga pembelian) dengan perkiraan masa manfaatnya.

Perhitungan ini akan memberi Anda biaya amortisasi tahunan untuk aset tersebut. Jumlah tersebut kemudian dapat dikalikan dengan tahun-tahun yang tersisa untuk mendapatkan nilai akhir yang diharapkan pada akhir masa manfaatnya.

Misalnya, jika Anda membeli paten seharga RP100.000 dengan perkiraan masa manfaat 10 tahun, biaya amortisasi tahunan Anda adalah Rp10.000 (Rp100.000 / 10). Jika ada lima tahun lagi yang tersisa sebelum habis masa berlakunya, Anda akan mengalikan Rp10.000 dengan 5 untuk mendapatkan nilai akhir Rp50.000.

Pastikan untuk meninjau semua undang-undang dan peraturan yang berlaku mengenai amortisasi saat menghitung jumlah.

Fungsi dan Manfaat Amortisasi

Fungsi dan Manfaat Amortisasi

Amortisasi aset tidak berwujud adalah alat keuangan penting yang digunakan oleh bisnis untuk menyebarkan biaya aset ini selama masa manfaatnya.

Proses ini memungkinkan bisnis untuk mengambil harga pembelian aset tidak berwujud, seperti paten atau merek dagang, dan membaginya menjadi pembayaran yang lebih kecil yang dicatat sebagai biaya pada laporan laba rugi di setiap periode akuntansi.

Ini membantu bisnis menyebarkan biaya aset tidak berwujud sambil tetap mendapatkan manfaat darinya selama masa manfaatnya.

Amortisasi juga membantu menciptakan gambaran yang lebih akurat tentang kinerja keuangan perusahaan, karena nilai aset tidak berwujud dapat tercermin dengan lebih baik dalam pembukuan perusahaan daripada menyatukan semuanya di bawah satu item baris pengeluaran besar.

Apa itu Periode Amortisasi?

Apa itu Periode Amortisasi?

Periode amortisasi adalah jangka waktu selama aset diamortisasi. Periode amortisasi biasanya ditentukan berdasarkan manfaat ekonomi yang diharapkan dari aset tersebut. Misalnya, jika sebuah perusahaan membeli hak cipta sebuah lagu untuk digunakan dalam iklan televisi selama 5 tahun, maka periode amortisasi untuk hak cipta tersebut adalah 5 tahun.

Periode amortisasi harus ditentukan secara andal dan harus sesuai dengan manfaat ekonomi yang diharapkan dari aset tersebut. Jika periode amortisasi yang ditentukan terlalu pendek, maka perusahaan akan mencatat pengurangan nilai aset terlalu cepat, sehingga akan mengurangi laba bersih perusahaan.

Sebaliknya, jika periode amortisasi yang ditentukan terlalu panjang, maka perusahaan akan mencatat pengurangan nilai aset terlalu lambat, sehingga akan mengurangi akurasi laporan keuangan perusahaan.

Amortisasi Adalah Komponen Penting Dalam Penyusunan Laporan Keuangan

Amortisasi Adalah Komponen Penting Dalam Penyusunan Laporan Keuangan

Jika sebuah perusahaan tidak melakukan perhitungan nilai amortisasi kemungkinan perusahaan tidak akan mampu untuk membuat laporan keuangan yang benar. Walaupun dalam penentuan nilai amortisasi cukup rumit untuk dilakukan.

Dalam prosesnya di sebuah perusahaan amortisasi juga berhubungan erat dengan penyusutan atau depresiasi. Namun terkadang ada yang masih belum mengetahui perbedaan penyusutan dan amortisasi.

Ringkasnya perbedaan yang paling signifikan dari kedua jenis penyusutan ini yaitu untuk penyusutan atau depresiasi lebih mengarah pada penyusutan aset yang berwujud. Sedangkan amortisasi kebalikannya yaitu penyusutan aset tidak berwujud.

Amortisasi dalam laporan keuangan?

Amortisasi dalam laporan keuangan?

Dalam dunia keuangan amortisasi merupakan salah satu cara untuk mengakuntansikan aset tidak berwujud yang tidak dapat diukur secara tepat. Amortisasi aset tidak berwujud dilakukan dengan cara mengurangi nilai aset tersebut secara bertahap dari laba bersih perusahaan selama periode amortisasi yang sesuai dengan manfaat ekonomi yang diharapkan dari aset tersebut.

Dalam laporan keuangan, amortisasi aset tidak berwujud dicatat sebagai beban perusahaan. Beban amortisasi aset tidak berwujud akan dicatat di bagian beban operasional dalam laporan laba rugi perusahaan. Beban amortisasi ini akan mengurangi laba bersih perusahaan selama periode amortisasi yang ditentukan.

Sebagai contoh, jika sebuah perusahaan membeli hak cipta sebuah lagu seharga Rp100.000 dan menentukan periode amortisasi selama 5 tahun, maka perusahaan tersebut akan mencatat beban amortisasi sebesar Rp20.000 per tahun selama 5 tahun.

Beban amortisasi ini akan dicatat di bagian beban operasional dalam laporan laba rugi perusahaan dan akan mengurangi laba bersih perusahaan selama 5 tahun. Amortisasi aset tidak berwujud juga akan dicatat di neraca perusahaan sebagai aset tidak berwujud yang diamortisasi.

Nilai aset tidak berwujud tersebut akan dikurangi dengan beban amortisasi yang telah dicatat selama periode amortisasi yang ditentukan, sehingga mencerminkan nilai yang lebih akurat dari aset tersebut di neraca perusahaan.

Apa pengaruh amortisasi terhadap pajak?

Apa pengaruh amortisasi terhadap pajak?

Amortisasi aset tidak berwujud dapat berdampak signifikan terhadap kewajiban pajak. Ini karena amortisasi mengurangi nilai aset dari waktu ke waktu, sehingga mengurangi jumlah penghasilan kena pajak yang harus dilaporkan.

Selain itu, ketika mengamortisasi aset tidak berwujud seperti paten, hak cipta, dan merek dagang, bisnis mungkin dapat memanfaatkan pengurangan pajak atau kredit tertentu yang tersedia untuk investasi tersebut. Selain itu, mengamortisasi aset tidak berwujud dapat memberikan fleksibilitas yang lebih besar kepada bisnis dalam arus kas mereka dengan menyebarkan pengeluaran yang lebih besar ke dalam pembayaran yang lebih kecil dari waktu ke waktu.

Dengan demikian, strategi pajak ini dapat terbukti bermanfaat bagi bisnis yang ingin memaksimalkan keamanan finansial mereka sambil meminimalkan pajak mereka.

Contoh Penghitungan Amortisasi

Contoh Penghitungan Amortisasi

Berikut ini adalah contoh penghitungan amortisasi aset tidak berwujud:

  1. Sebuah perusahaan membeli hak cipta sebuah lagu seharga Rp100.000. Perusahaan tersebut menentukan periode amortisasi untuk hak cipta tersebut adalah 5 tahun.
  2. Maka, perusahaan tersebut akan mencatat pengurangan nilai hak cipta sebesar Rp20.000 per tahun selama 5 tahun.
  3. Setelah 5 tahun, nilai hak cipta tersebut akan habis dan tidak akan ada lagi pengurangan nilai yang dilakukan.
  4. Berikut ini adalah rincian penghitungan amortisasi hak cipta tersebut:
  • Tahun 1: Rp100.000 – Rp20.000 = Rp80.000
  • Tahun 2: Rp80.000 – Rp20.000 = Rp60.000
  • Tahun 3: Rp60.000 – Rp20.000 = Rp40.000
  • Tahun 4: Rp40.000 – Rp20.000 = Rp20.000
  • Tahun 5: Rp20.000 – Rp20.000 = Rp0

Dengan demikian, perusahaan tersebut akan mencatat pengurangan nilai hak cipta sebesar Rp20.000 per tahun.

Untuk melakukan prosedur amortisasi memang bisa dibilang cukup rumit khususnya dengan mengikuti ke enam tahapan yang ada tersebut. Maka dari itu penggunaan atau pemanfaatan teknologi bisa menjadi alternatif untuk mempermudah pekerjaan.

Salah satunya seperti menggunakan aplikasi pengelola aset atau asset management berbasis web dari TAG Samurai. Dengan berbagai fitur lengkap sudah disesuaikan dengan manajemen aset perusahaan dan tampilan sederhana aplikasi bisa menjadi solusi terbaik.

Khususnya dalam penerapan pengelolaan aset seperti penerapan prosedur penyusutan cara menghitung amortisasi. Anda dapat mengunjungi website ASDF.ID untuk mengetahui informasi lebih lanjut.

TAG Samurai Manajemen Aset tetap

Pertanyaan Terkait

Apa saja yang termasuk amortisasi?

Beberapa contoh aset yang biasanya diamortisasi termasuk:

  1. Hak cipta: Hak cipta adalah hak eksklusif yang diberikan kepada pemilik untuk menggunakan, menyebarluaskan, dan menjual karya seni, dan ilmu pengetahuan. Contoh hak cipta yang dapat diamortisasi termasuk lagu, film, buku, atau software.
  2. Merek dagang: Merek dagang adalah tanda yang digunakan untuk mengidentifikasi produk atau jasa yang ditawarkan oleh suatu perusahaan. Contoh merek dagang yang dapat diamortisasi termasuk nama perusahaan, logo, dan slogan.
  3. Lisensi: Lisensi adalah izin yang diberikan kepada seseorang atau perusahaan untuk menggunakan hak cipta, dan merek dagang. Contoh lisensi yang dapat diamortisasi termasuk lisensi untuk menggunakan software, lisensi untuk menggunakan merek dagang, atau lisensi untuk menggunakan hak cipta.
  4. Paten: Paten adalah hak eksklusif yang diberikan kepada pemilik untuk menggunakan, menjual, atau mengkomersilkan produk atau proses yang diajukan kepemerintah untuk mendapatkan paten. Contoh paten yang dapat diamortisasi termasuk paten untuk obat-obatan, paten untuk alat medis, atau paten untuk teknologi.
  5. Goodwill: Goodwill adalah nilai tambah yang dihasilkan dari citra positif, reputasi, atau relasi yang dibangun oleh suatu perusahaan. Goodwill dapat diamortisasi jika dianggap memiliki masa manfaat ekonomi yang diharapkan.

Apakah goodwill harus diamortisasi?

Goodwill adalah nilai yang melebihi harga pasar dari sebuah perusahaan yang diakuisisi. Goodwill biasanya terjadi ketika sebuah perusahaan membeli perusahaan lain dengan harga yang lebih tinggi daripada nilai pasar dari perusahaan tersebut.

Namun, Goodwill tidak harus diamortisasi secara bertahap seperti aset tidak berwujud lainnya. Sebaliknya, goodwill harus diakui sebagai aset yang tidak diamortisasi dan dipertahankan selama manfaat ekonomi yang diharapkan dari goodwill tersebut masih terpenuhi.

Jika manfaat ekonomi yang diharapkan dari goodwill tersebut tidak terpenuhi, maka perusahaan harus mengurangi nilai goodwill tersebut sesuai dengan pengurangan manfaat ekonomi yang diharapkan.

Rekomendasi Software Aset Managemen untuk Membantu Inventory Control

Tag Samurai merupakan software pengelolaan aset yang bisa digunakan untuk membantu perusahaan anda mengelola inventaris. Anda bisa mengumpulkan data semua stok barang yang terjual lebih cepat, membantu pelacakan inventaris lokasi yang akurat, dan dapatkan penghitungan inventaris yang akurat.

Mempunyai teknologi RFID dan QR Code, memudahkan Anda melacak seluruh stock barang yang dimiliki oleh perusahaan. Tertarik menggunakan Tag Samurai? Klik disini Dapatkan demo 30 hari gratis!

 

Referensi:
Investopedia – Amortization of Intangibles