CAPTCHA Palsu, Modus Baru Penyebaran Malware

Para peneliti keamanan dari HP menemukan peningkatan serangan siber yang memanfaatkan CAPTCHA palsu untuk mengelabui pengguna agar menjalankan perintah berbahaya di komputer mereka.

Dengan metode ini, penyerang berhasil menyebarkan Lumma Stealer RAT (Remote Access Trojan) yang dapat mencuri data sensitif dari perangkat korban.

Apa Itu CAPTCHA Palsu?

Layar tangkap tampilan Captcha saat log in untuk ilustrasi topik pengertian captcha palsu.

Sebelum membahas versi palsunya, penting untuk memahami terlebih dahulu apa itu CAPTCHA.

CAPTCHA merupakan singkatan dari Completely Automated Public Turing test to tell Computers and Humans Apart.

Sesuai namanya, ini adalah tes otomatis yang dirancang untuk membedakan antara manusia dan bot komputer.

Contoh yang paling umum adalah permintaan untuk mencentang kotak “I’m not a robot”, mengetik ulang karakter yang sulit dibaca, atau memilih gambar tertentu.

CAPTCHA digunakan sebagai sistem keamanan untuk mencegah aktivitas mencurigakan yang dilakukan oleh bot, seperti spam atau peretasan otomatis.

Namun, belakangan ini muncul ancaman baru berupa CAPTCHA palsu. CAPTCHA palsu adalah tiruan dari sistem verifikasi tersebut, tetapi dengan tujuan yang sepenuhnya berbeda dan berbahaya.

CAPTCHA ini tidak digunakan untuk melindungi situs, melainkan sebagai alat untuk:

  • Menipu pengguna agar merasa berada di situs yang aman

  • Menjalankan skrip atau perintah berbahaya di perangkat pengguna

  • Mengumpulkan informasi sensitif seperti nama pengguna, kata sandi, atau data lainnya

Serangan CAPTCHA palsu biasanya merupakan bagian dari rekayasa sosial—taktik manipulatif yang mengecoh pengguna agar tidak menyadari bahwa mereka sedang dijebak. Meskipun tampilannya terlihat cukup meyakinkan, fungsinya sangat merugikan dan berisiko.

Bagaimana Serangan CAPTCHA Palsu Beraksi?

Infografis yang mengilustrasikan cara kerja captcha palsu dalam menipu korban.

Serangan CAPTCHA palsu bukan sekadar soal tampilan menipu. Di balik layar, ada taktik manipulatif yang dirancang untuk mengecoh pengguna dan menyusupkan ancaman ke perangkat mereka.

Umumnya, serangan ini mengandalkan rekayasa sosial—cara halus untuk menipu psikologis pengguna agar merasa aman dan tidak curiga.

Berikut alur umum serangan ini:

1. Penyerang Membuat Situs Palsu

Mereka merancang halaman web tiruan yang menyerupai situs resmi, seperti halaman login atau formulir pendaftaran. Situs ini biasanya disebarkan melalui email phishing, iklan mencurigakan, atau tautan jebakan.

2. Captcha Palsu Dipasang sebagai Umpan

Untuk meningkatkan kredibilitas, penyerang menambahkan CAPTCHA palsu di halaman tersebut. Sekilas terlihat seperti sistem keamanan, padahal ini hanyalah pemicu untuk langkah berikutnya.

3. Pengguna Mengisi CAPTCHA 

Saat pengguna menyelesaikan “verifikasi keamanan”, CAPTCHA palsu tersebut bisa:

  • Merekam input pengguna (seperti email dan password)
  • Memicu eksekusi skrip atau program berbahaya secara otomatis

4. Eksekusi Perintah Berbahaya

Dalam beberapa kasus nyata, seperti yang baru-baru ini dilaporkan pad Threat Insights Report oleh HP, serangan ini berjalan seperti berikut:

  • Pengguna diarahkan ke situs palsu melalui tautan phishing
  • Situs menampilkan permintaan CAPTCHA palsu
  • Saat CAPTCHA diselesaikan, sistem menjalankan skrip PowerShell tanpa sepengetahuan pengguna
  • Skrip ini menginstal malware pencuri data seperti Lumma Stealer RAT

5. Data Dicuri atau Sistem Terinfeksi

Setelah malware terpasang, data pribadi seperti login akun, dompet digital, dan aktivitas pengguna bisa direkam dan dikirim ke server milik penyerang.

6. Pengguna Tidak Menyadari Bahayanya

Karena tampilannya tampak sah dan langkahnya terasa “normal”, banyak pengguna tidak menyadari bahwa mereka sedang dijebak.

Menurut Dr. Ian Pratt dari HP, meningkatnya jumlah lapisan otentikasi di internet justru membuat pengguna jadi lebih toleran terhadap klik tanpa berpikir panjang.

Hal ini membuat orang-orang lebih rentan terhadap serangan berbasis rekayasa sosial seperti CAPTCHA palsu, sehingga penting untuk mengetahui perbedaan antara CAPTCHA asli dan CAPTCHA palsu.

Baca Juga: Clone Phishing: Arti, Cara Kerja, Dampaknya

Ciri-Ciri CAPTCHA Palsu

Meskipun sekilas terlihat seperti CAPTCHA asli, captcha palsu biasanya memiliki tanda-tanda yang bisa dikenali jika kamu jeli. Berikut beberapa ciri umum yang menunjukkan bahwa CAPTCHA tersebut kemungkinan palsu:

1. Desain Tidak Konsisten

CAPTCHA palsu sering kali memiliki tampilan yang berbeda dari CAPTCHA resmi seperti Google reCAPTCHA. Mulai dari jenis huruf, tata letak, hingga warna, semuanya terlihat tidak familiar atau kurang rapi.

2. Tidak Ada Logo atau Tautan Resmi

Google reCAPTCHA asli selalu menampilkan logo “protected by reCAPTCHA” lengkap dengan tautan menuju kebijakan privasi dan ketentuan layanan Google. Jika CAPTCHA yang kamu lihat tidak memiliki elemen ini, kamu patut curiga.

3. Terlalu Sederhana atau Terlalu Mencolok

CAPTCHA palsu bisa tampak mencurigakan karena tampilannya terlalu polos atau sebaliknya, terlalu mencolok dengan warna berlebihan atau animasi aneh yang tidak umum digunakan oleh penyedia CAPTCHA resmi.

4. Bisa Diisi Sembarangan

Salah satu tanda paling mencolok adalah ketika kamu bisa mengisi CAPTCHA dengan jawaban ngawur dan tetap bisa lanjut ke langkah berikutnya. Ini jelas menunjukkan CAPTCHA tersebut hanya formalitas, bukan sistem validasi sungguhan.

5. Muncul di Situs Mencurigakan

Jika CAPTCHA muncul di situs yang tidak kamu kenal, punya domain aneh, atau punya konten yang terlihat asal-asalan, sebaiknya hindari berinteraksi dengannya. Situs semacam ini sering menjadi sarang CAPTCHA palsu dan serangan phishing.

Cara Bisnis Melindungi Diri dari Ancaman CAPTCHA Palsu

Berbagai metode cyber attack semakin canggih, bisnis perlu terus melindungi diri dari ancaman peretasan. Berikut beberapa cara yang bisa diterapkan bisnis untuk mencegah serangan siber:

1. Terapkan Kebijakan Keamanan Siber yang Kuat

Pastikan perusahaan memiliki kebijakan keamanan siber yang jelas, seperti membatasi akses ke situs mencurigakan dan menerapkan sistem otentikasi yang lebih aman.

2. Gunakan Perlindungan Lengkap Seperti Heimdal Next-Gen Antivirus & Firewall

Heimdal menawarkan keamanan endpoint terintegrasi dengan teknologi Multi-Stage Scanning, yang meliputi:

  • Threat Cloud Scanning dengan machine learning untuk deteksi ancaman yang lebih cepat.
  • Pemantauan proses secara real-time untuk mendeteksi aktivitas mencurigakan.
  • Extended Threat Protection (XTP) yang menganalisis ancaman berdasarkan framework MITRE ATT&CK.
  • Isolasi file berbahaya dalam sandbox sebelum mengeksekusi di sistem utama.

3. Edukasi Karyawan Tentang Ancaman Siber

Pelatihan rutin dapat meningkatkan kewaspadaan karyawan terhadap teknik phishing dan rekayasa sosial yang digunakan dalam serangan ini.

4. Gunakan Solusi Keamanan Berlapis

Selain antivirus, bisnis perlu mengimplementasikan firewall canggih, sistem deteksi intrusi (IDS), serta backup data secara berkala untuk mengurangi risiko kerugian akibat serangan siber.

Lindungi Bisnis Anda Sekarang Juga!

Jangan tunggu sampai serangan terjadi! Coba Heimdal Next-Gen Antivirus & Firewall secara gratis dan tingkatkan keamanan siber perusahaan Anda.

Dapatkan Free Demo, Klik Banner di Bawah Sekarang!

Banner demo gratis produk Heimdal Security.

Kania Sutisnawinata