Apakah Anda pernah berjalan-jalan di mal atau toko dan melihat berbagai barang yang tersusun rapi di rak atau gantungan? Barang-barang tersebut adalah bagian dari apa yang dikenal sebagai “merchandise inventory” atau “persediaan barang dagangan.” Dalam dunia ritel, merchandise inventory memiliki peran yang krusial dalam menjalankan bisnis dan memenuhi kebutuhan pelanggan. Artikel ini akan menggali lebih dalam tentang apa itu merchandise inventory, komponen-komponennya, serta peran pentingnya dalam dunia bisnis.
Definisi Merchandise Inventory
Merchandise inventory, atau sering disebut sebagai “inventaris barang dagangan,” adalah kumpulan barang-barang yang tersedia untuk dijual dalam bisnis ritel. Ini mencakup berbagai macam produk, mulai dari pakaian, sepatu, elektronik, makanan, perhiasan, hingga produk-produk konsumen lainnya yang dapat Anda temukan di berbagai toko fisik maupun daring.
Baca juga: Pengendalian Persediaan: Arti, Metode, dan Manfaat
Komponen Merchandise Inventory
1. Produk Utama (Primary Products)
Produk utama adalah barang atau produk fisik yang merupakan inti dari merchandise inventory. Ini mencakup semua jenis barang yang tersedia untuk dijual oleh perusahaan ritel, seperti pakaian, sepatu, tas, perhiasan, mainan, perabotan, elektronik, makanan, minuman, dan produk konsumen lainnya. Produk utama ini adalah produk yang secara langsung ditawarkan kepada pelanggan.
2. SKU (Stock Keeping Unit)
Setiap produk dalam merchandise inventory diberikan kode unik yang dikenal sebagai SKU atau Stock Keeping Unit. SKU adalah identifikasi unik untuk setiap produk dan digunakan untuk melacak, mengidentifikasi, dan mengelola inventaris. Informasi dalam SKU mencakup jenis produk, ukuran, warna, harga beli, harga jual, dan atribut lain yang relevan.
3. Jumlah Stok (Stock Quantity)
Jumlah stok mengacu pada jumlah fisik dari setiap produk yang ada dalam merchandise inventory. Ini adalah kuantitas sebenarnya dari barang-barang yang tersedia dalam gudang atau toko. Mengelola jumlah stok dengan cermat penting untuk menghindari kekurangan stok yang dapat mengakibatkan kehilangan penjualan atau kelebihan stok yang dapat meningkatkan biaya penyimpanan.
4. Harga Beli (Cost Price)
Harga beli adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh setiap produk dalam merchandise inventory. Ini mencakup biaya produksi, biaya pengiriman, dan margin keuntungan yang dibayarkan kepada pemasok. Harga beli adalah komponen kunci dalam perhitungan margin keuntungan.
5. Harga Jual (Selling Price)
Harga jual adalah harga yang ditetapkan oleh perusahaan untuk menjual produk kepada pelanggan. Ini adalah harga yang pelanggan bayar saat mereka membeli produk. Harga jual biasanya lebih tinggi daripada harga beli untuk menghasilkan keuntungan.
6. Margin Keuntungan (Profit Margin)
Margin keuntungan adalah selisih antara harga jual dan harga beli produk. Ini adalah persentase keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan dari setiap produk yang dijual. Margin keuntungan yang sehat adalah kunci untuk kesuksesan finansial perusahaan.
7. Periode Kedaluwarsa (Expiration Date)
Beberapa produk dalam merchandise inventory dapat memiliki periode kedaluwarsa, seperti makanan, obat-obatan, atau produk-produk dengan tanggal kedaluwarsa. Informasi ini penting untuk memastikan bahwa produk yang kedaluwarsa dikeluarkan dari persediaan sebelum mencapai tanggal kedaluwarsa.
8. Tanggal Pembelian (Purchase Date)
Tanggal pembelian adalah informasi tentang kapan produk dibeli atau diterima oleh perusahaan. Ini membantu dalam pelacakan usia stok dan manajemen persediaan. Produk yang diterima lebih dulu dapat diberikan prioritas saat penjualan.
9. Data Historis Penjualan (Historical Sales Data)
Data historis penjualan mencakup catatan tentang berapa banyak unit dari setiap produk yang telah terjual dalam periode waktu tertentu. Informasi ini digunakan untuk memahami tren penjualan, mengidentifikasi produk yang paling sukses, dan merencanakan pembelian lebih lanjut.
10. Kategori Produk (Product Categories)
Produk dalam merchandise inventory sering dikelompokkan dalam kategori atau departemen tertentu, seperti pakaian, aksesoris, elektronik, dan sebagainya. Pengelompokan ini membantu dalam pengorganisasian dan penyajian produk kepada pelanggan dengan lebih baik.
11. Lokasi Penyimpanan (Storage Location)
Informasi tentang di mana setiap produk disimpan dalam gudang atau toko. Ini mencakup lokasi persis produk dalam gudang atau bagian toko. Penyimpanan yang terorganisir dapat mengurangi waktu yang dihabiskan untuk mencari produk.
12. Informasi Pemasok (Supplier Information)
Data tentang pemasok atau produsen produk, termasuk nama, alamat, nomor telepon, dan informasi kontak lainnya. Ini membantu dalam pemantauan hubungan dengan pemasok dan pengelolaan persediaan dengan lebih baik.
13. Perubahan Harga (Price Changes)
Informasi tentang perubahan harga produk dari waktu ke waktu. Perubahan harga mungkin terjadi karena faktor-faktor seperti kenaikan biaya bahan baku atau strategi penetapan harga baru. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk mengupdate harga jual sesuai dengan perubahan biaya perolehan.
14. Permintaan Pelanggan (Customer Demand)
Data tentang permintaan pelanggan untuk produk tertentu. Informasi ini dapat membantu perusahaan dalam merencanakan pembelian dan memastikan bahwa produk yang paling diminati selalu tersedia.
15. Status Persediaan (Inventory Status)
Informasi tentang ketersediaan dan kondisi stok produk. Ini mencakup apakah stok tersedia, dalam jumlah cukup, dalam kondisi baik, atau memerlukan perawatan. Mengelola status persediaan dapat membantu dalam memantau kualitas produk.
Contoh Merchandise Inventory
Ada begitu banyak contoh Merchandise Inventory sebanyak barang jadi yang dapat dibeli oleh individu atau bisnis dari pengecer atau grosir. Apa pun yang dimiliki oleh seorang pengecer untuk dijual kepada pelanggan berupa pakaian, komputer, mobil, keju, kerupuk yang masuk dalam kategori Merchandise Inventory.
Hanya barang jadi yang siap dijual yang dihitung sebagai Merchandise Inventory. Jika sebuah perusahaan membuat perabot menggunakan kayu, perangkat pengikat, dan lem, dan kemudian menjual perabot kepada pelanggan, hanya kursi dan meja jadi yang termasuk dalam Merchandise Inventory.
Manfaat dan Fungsi Merchandise Inventory
Berikut adalah beberapa fungsi utama merchandise inventory dalam bisnis:
1. Memenuhi Permintaan Pelanggan
Salah satu fungsi utama dari merchandise inventory adalah memastikan bahwa perusahaan memiliki produk yang cukup untuk memenuhi permintaan pelanggan. Dengan persediaan yang memadai, perusahaan dapat menjual produk kepada pelanggan saat mereka menginginkannya, sehingga menghindari kehilangan penjualan.
2. Meningkatkan Keuntungan
Merchandise inventory adalah sumber utama pendapatan bagi perusahaan ritel. Dengan menjual produk dari persediaan dengan margin keuntungan yang baik, perusahaan dapat menghasilkan pendapatan dan mengoptimalkan keuntungan mereka.
3. Mengelola Siklus Penjualan
Bisnis ritel sering menghadapi fluktuasi dalam permintaan selama tahun, seperti musim liburan atau penjualan khusus. Dengan merchandise inventory yang tepat, perusahaan dapat mengelola dengan baik siklus penjualan ini dan memaksimalkan pendapatan selama periode sibuk.
4. Menarik Pelanggan
Menyediakan beragam produk dalam merchandise inventory dapat membantu perusahaan menarik pelanggan dengan berbagai preferensi. Pelanggan cenderung datang ke toko yang memiliki beragam pilihan produk.
5. Meningkatkan Efisiensi Operasional
Operasi bisnis ritel dapat menjadi rumit, terutama jika persediaan tidak diatur dengan baik. Merchandise inventory membantu menjaga kelancaran operasi dengan memastikan produk tersedia saat diperlukan, mengurangi waktu yang dihabiskan untuk mencari produk, dan menghindari kehabisan stok atau kelebihan stok yang tidak perlu.
6. Analisis Data
Persediaan barang dagangan juga menyediakan data berharga. Data ini dapat digunakan untuk menganalisis tren penjualan, memahami preferensi pelanggan, dan membuat keputusan bisnis yang lebih baik.
7. Mengoptimalkan Investasi
Dalam bisnis ritel, modal diinvestasikan dalam persediaan barang dagangan. Dengan mengelola dengan baik, perusahaan dapat mengoptimalkan pengeluaran mereka, menghindari pembelian berlebihan, dan mengurangi biaya penyimpanan.
8. Memahami Permintaan Pelanggan
Dengan memantau penjualan dan mengamati pergerakan stok, perusahaan dapat memahami tren permintaan pelanggan dan mengambil langkah-langkah untuk memenuhi kebutuhan mereka.
9. Mengelola Siklus Penjualan
Bisnis ritel sering menghadapi fluktuasi dalam permintaan selama tahun, seperti musim liburan atau penjualan khusus. Dengan merchandise inventory yang tepat, perusahaan dapat mengelola dengan baik siklus penjualan ini dan memaksimalkan pendapatan selama periode sibuk.
10. Meningkatkan Pengalaman Pelanggan
Dengan menyediakan beragam produk dalam merchandise inventory, perusahaan dapat meningkatkan pengalaman pelanggan. Pelanggan yang merasa memiliki banyak pilihan akan lebih cenderung kembali berbelanja.
Baca juga: Manajemen Persediaan: Metode, Manfaat, Tantangan
Tantangan dalam Pengelolaan Merchandise Inventory
Pengelolaan merchandise inventory dalam bisnis ritel dapat menghadapi sejumlah tantangan yang memerlukan perhatian dan strategi khusus. Berikut adalah beberapa tantangan utama dalam pengelolaan merchandise inventory:
1. Kehabisan Stok (Out of Stock)
Salah satu tantangan terbesar dalam pengelolaan merchandise inventory adalah menghindari kehabisan stok. Jika produk yang diminta oleh pelanggan tidak tersedia dalam stok, ini dapat mengakibatkan kehilangan penjualan dan pelanggan yang kecewa. Tantangan ini dapat memerlukan perencanaan persediaan yang cermat, pemantauan permintaan pelanggan, dan manajemen persediaan yang efisien.
2. Kelebihan Stok (Overstock)
Kelebihan stok terjadi ketika perusahaan memiliki terlalu banyak stok produk yang tidak dapat dijual dalam waktu yang singkat. Hal ini dapat mengakibatkan biaya penyimpanan yang tinggi, pengikisan margin keuntungan, dan bahkan risiko produk menjadi usang atau kadaluwarsa. Manajemen persediaan yang efisien dan perencanaan permintaan yang akurat diperlukan untuk menghindari kelebihan stok.
3. Kerusakan atau Kedaluwarsa
Beberapa produk dalam merchandise inventory memiliki masa pakai terbatas atau tanggal kedaluwarsa. Misalnya, makanan, obat-obatan, atau produk-produk dengan komponen organik. Tantangan dalam hal ini adalah memastikan bahwa produk yang akan kedaluwarsa dikeluarkan dari stok sebelum tanggal kedaluwarsa dan menghindari kerugian finansial akibat pemborosan.
4. Perubahan Tren dan Musim
Tren konsumen dan perubahan musim dapat memengaruhi permintaan produk secara signifikan. Menyesuaikan persediaan untuk mengantisipasi perubahan ini bisa menjadi tantangan. Misalnya, produk musiman seperti pakaian musim panas atau musim dingin harus dikelola dengan hati-hati agar tidak tersisa stok yang tidak terjual.
5. Peramalan Permintaan yang Akurat
Salah satu tantangan paling kompleks dalam pengelolaan merchandise inventory adalah meramalkan permintaan pelanggan dengan akurat. Kegagalan dalam meramalkan permintaan dapat mengakibatkan kelebihan stok atau kekurangan stok. Ini melibatkan analisis data historis penjualan, tren pasar, dan faktor-faktor lain yang memengaruhi permintaan.
6. Perubahan Harga dan Biaya
Perubahan harga bahan baku, biaya pengiriman, atau perubahan harga dari pemasok dapat memengaruhi margin keuntungan perusahaan. Pengelolaan perubahan biaya dan harga dengan baik adalah tantangan yang harus diatasi untuk menjaga keuntungan yang stabil.
7. Pelacakan Persediaan yang Akurat
Ketidakakuratan dalam pelacakan stok dapat mengakibatkan masalah serius dalam pengelolaan merchandise inventory. Dalam lingkungan bisnis yang kompleks, memiliki sistem yang akurat untuk melacak persediaan dan mencegah kesalahan adalah kunci.
8. Pembaruan Produk dan Rotasi Stok
Pembaruan produk atau rotasi stok yang tidak tepat dapat mengakibatkan stok produk yang tidak terjual dan perlu diskon atau pemusnahan. Strategi peremajaan dan rotasi stok yang efektif dapat membantu mengoptimalkan penggunaan merchandise inventory.
9. Perubahan dalam Pola Pembelian Pelanggan
Perubahan dalam perilaku pembelian pelanggan, seperti beralih dari pembelian offline ke online atau perubahan preferensi produk, dapat memengaruhi permintaan dan perlu diantisipasi dengan tepat.
10. Kualitas Produk
Memastikan kualitas produk tetap tinggi dalam persediaan adalah tantangan. Produk yang rusak atau cacat dapat mengakibatkan kerugian finansial dan reputasi buruk.
Cara Menghitung dan Rumus Merchandise Inventory
Untuk menghitung nilai akhir Merchandise Inventory pada akhir periode akuntansi, seorang pengecer harus mengetahui nilai awal Merchandise Inventory, total pengeluaran untuk Merchandise Inventory tambahan, dan COGS (Biaya Barang yang Terjual).
Menghitung nilai awal Merchandise Inventory. Nilai awal (atau pembukaan) Merchandise Inventory adalah nilai persediaan pada awal periode, sebelum memperoleh lebih banyak barang persediaan atau menjual persediaan yang ada. Nilai awal persediaan untuk periode saat ini adalah nilai Merchandise Inventory pada akhir periode sebelumnya.
Menghitung Merchandise Inventory. Perusahaan menambahkan kepada nilai awal persediaan jumlah yang dihabiskan untuk persediaan tambahan selama periode. Kemudian, mereka mengurangkan COGS. Rumusnya adalah:
Merchandise Inventory akhir = nilai awal persediaan + biaya persediaan baru – biaya barang yang terjual (COGS)
Penggunaan perhitungan Merchandise Inventory. Perhitungan Merchandise Inventory memiliki banyak manfaat di luar persiapan neraca dan laporan laba rugi perusahaan. Perusahaan dapat menggunakan perhitungan tersebut untuk rekonsiliasi persediaan, misalnya.
Membandingkan nilai persediaan yang dihitung dengan hasil penghitungan fisik persediaan dapat membantu perusahaan mengidentifikasi dan mengatasi masalah seperti penyusutan persediaan akibat kesalahan akuntansi, pencurian, kerusakan, atau faktor lainnya. Perhitungan persediaan juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi pembebanan persediaan untuk tujuan pajak. Selain itu, pengecer dapat menggunakan tren persediaan untuk menentukan strategi pemesanan yang optimal.
Strategi Sukses dalam Pengelolaan Merchandise Inventory
Dengan strategi yang tepat, perusahaan dapat mengoptimalkan persediaan mereka, menghindari kekurangan stok, dan meningkatkan efisiensi operasional. Berikut adalah beberapa strategi sukses dalam pengelolaan merchandise inventory:
1. Perencanaan Persediaan yang Tepat
Salah satu langkah paling krusial adalah merencanakan persediaan dengan cermat. Ini melibatkan analisis historis penjualan, pemahaman tentang tren pasar, dan pemantauan permintaan pelanggan. Perusahaan harus dapat meramalkan permintaan dengan akurat untuk menghindari kekurangan stok atau kelebihan stok.
2. Implementasi Sistem Manajemen Persediaan yang Canggih
Menggunakan perangkat lunak manajemen persediaan yang canggih dapat membantu perusahaan dalam pelacakan dan pengelolaan persediaan dengan lebih efisien. Sistem ini dapat mengintegrasikan data, memberikan analisis real-time, dan membantu dalam peramalan permintaan.
3. Analisis Data yang Mendalam
Menggunakan data historis penjualan, tren pasar, dan data pelanggan dapat membantu perusahaan dalam membuat keputusan yang lebih baik dalam pengelolaan persediaan. Analisis data dapat membantu mengidentifikasi produk yang paling sukses, mengantisipasi perubahan tren, dan mengoptimalkan persediaan.
4. Strategi Peremajaan Stok
Mengadopsi strategi peremajaan stok yang efektif dapat membantu menghindari penumpukan barang yang tidak terjual. Ini bisa melibatkan diskon, penawaran khusus, atau promosi yang mendorong pembelian produk tertentu.
5. Pemantauan Kualitas Produk
Memastikan bahwa produk dalam persediaan tetap berkualitas tinggi adalah penting. Produk yang rusak atau cacat dapat mengakibatkan kerugian finansial dan reputasi buruk. Pemantauan kualitas harus menjadi bagian dari strategi pengelolaan persediaan.
6. Manajemen Tepat Waktu
Manajemen persediaan yang tepat waktu memastikan bahwa produk selalu tersedia saat dibutuhkan. Ini melibatkan perencanaan pengiriman dari pemasok dan pemantauan stok di gudang atau toko.
7. Penggunaan Teknologi RFID dan Barcode
Menggunakan teknologi seperti RFID (Radio-Frequency Identification) dan barcode dapat membantu dalam melacak stok dengan akurat dan mengurangi kesalahan manusia. Ini juga memungkinkan perusahaan untuk mengelola persediaan secara lebih efisien.
8. Kolaborasi dengan Pemasok
Memiliki hubungan yang baik dengan pemasok dapat membantu dalam mendapatkan visibilitas lebih besar atas pasokan produk dan perubahan harga. Kolaborasi yang kuat dengan pemasok juga dapat menghasilkan penawaran khusus dan peningkatan layanan.
9. Rotasi Stok yang Efektif
Rotasi stok yang efektif membantu menjaga produk yang lebih lama di persediaan agar tidak menjadi usang atau kedaluwarsa. Produk yang lebih baru harus diberikan prioritas dalam penjualan.
10. Evaluasi Rutin dan Koreksi
Perusahaan harus secara rutin mengevaluasi kinerja pengelolaan persediaan mereka. Jika ada kekurangan stok atau kelebihan stok, tindakan korektif harus segera diambil. Evaluasi dan perbaikan terus-menerus adalah kunci untuk pengelolaan persediaan yang sukses.
11. Strategi Pengelolaan Persediaan Multi-Channel
Jika perusahaan beroperasi dalam berbagai saluran penjualan, seperti toko fisik dan online, strategi pengelolaan persediaan harus sesuai dengan masing-masing saluran. Ini termasuk memastikan bahwa stok yang sama dapat digunakan untuk memenuhi permintaan dari berbagai saluran.
12. Pelatihan Karyawan
Karyawan yang terlatih dengan baik dapat membantu dalam pengelolaan persediaan yang lebih efisien. Mereka harus memahami pentingnya manajemen persediaan dan prosedur yang diterapkan.
13. Memantau Kinerja KPI (Key Performance Indicators)
Perusahaan harus memantau KPI seperti persentase kehabisan stok, tingkat rotasi stok, dan efisiensi persediaan secara teratur. Ini membantu dalam mengidentifikasi area yang memerlukan perbaikan.
Kesimpulan
Merchandise inventory adalah elemen kunci dalam bisnis ritel yang berperan penting dalam memenuhi kebutuhan pelanggan dan mengoptimalkan keuntungan. Dengan pemahaman yang baik tentang apa itu merchandise inventory, komponennya, peran pentingnya dalam bisnis, serta strategi-sukses untuk mengelola persediaan dengan baik, perusahaan ritel dapat meraih kesuksesan dalam lingkungan bisnis yang kompetitif. Dengan demikian, merchandise inventory bukan hanya tentang produk yang ditempatkan di rak, tetapi juga tentang bagaimana perusahaan memanfaatkannya untuk mencapai tujuan bisnisnya.
TAG Samurai: Solusi Inventaris yang Menyederhanakan Kompleksitas
TAG Samurai Inventory Management hadir untuk menyederhanakan kompleksitas manajemen inventaris yang sering kali menjadi tantangan bagi bisnis modern. Dengan sistem yang dirancang untuk memberikan kemudahan dan kejelasan, TAG Samurai memungkinkan Anda mengelola inventaris dengan lebih sederhana, namun tetap efektif. Alat ini memberikan solusi praktis untuk masalah inventaris yang rumit, memastikan bahwa setiap item tercatat dan tersedia saat dibutuhkan.
Visualisasi Data yang Mudah Dipahami
TAG Samurai menyediakan visualisasi data inventaris yang intuitif, memudahkan Anda untuk memahami status stok secara sekilas. Grafik dan dashboard yang interaktif membantu Anda memantau kinerja inventaris dengan lebih baik, membuat keputusan berdasarkan data yang jelas dan akurat. Ini memungkinkan Anda untuk melihat tren, mengevaluasi performa, dan merencanakan langkah selanjutnya dengan percaya diri.
Manajemen Risiko dengan Sistem Notifikasi Dini
TAG Samurai membantu Anda mengelola risiko inventaris dengan menyediakan sistem notifikasi dini yang memberi tahu Anda saat ada potensi masalah. Baik itu risiko kehabisan stok atau kelebihan stok, TAG Samurai memperingatkan Anda sebelum masalah menjadi serius, memungkinkan Anda mengambil tindakan tepat waktu. Dengan manajemen risiko yang proaktif, bisnis Anda tetap stabil dan terhindar dari kerugian yang tidak perlu.
Baca juga: Stock Control adalah: Arti, Fungsi, dan Metode